Top Social

Mary's Though : Valentine, Is That Worth to Celebrate?

|

Bingung kenapa aku kasih judulnya "Valentine, Is That Worth To Celebrate"?

Well, di Indonesia, perayaan Valentine sudah lazim (banget) dirayakan seperti halnya dengan perayaan natal dan puasa. Valentine rasanya sudah menjadi suatu momen, adat istiadat yang krusial, yang tak boleh dilewatkan banyak bagi kebanyakan orang. Valentine menjadi suatu hal yang 'wow'.

Tapi aku lumayan merasa bingung untuk Valentine ini. Kenapa? Valentine itu kan hanya perayaan biasa doang, bukan festival keagamaan atau hari penting seperti kelahiran Yesus Kristus. Kenapa perayaan Valentine ini dapat disamakan dengan hari-hari penting lain di Indonesia?

Begitu ke mall, langsung kelihatan hiasan-hiasan 'Happy Valentine'. Tiap buka e-commerce website atau online shop langsung muncul tulisan 'VALENTINE SALES 50% OFF' besar-besar di dekstop lengkap dengan banner hati, pita, coklat, dan warna pink. Saat masuk ke supermarket, ada spanduk 'Valentine Promo, Penawaran Khusus Coklat Untuk Yang Tersayang'

I mean, it just Valentine!

Kali ini aku akan memberikan semua pendapat dan opiniku mengenai Valentine. Opini yang tidak memihak namun realists. Namun sebelum aku mengupas lebih jauh mengenai perayaan ini, mari kita tengok ke masa lalu, awal mula hari Valentine ini.

Ada berbagai versi dari sejarah Valentine ini. Versi yang terkenal tentu saja adalah mengenai 3 orang martir yang bernama Valentine, aku yakin sebagian dari kalian pasti sudah pernah mendengar kisahnya. Namun (terlepas dari legenda) aku yakin pada versi bahwa Valentine ini ditetapkan pada 14 Februari karena diyakini bahwa tanggal itu adalah tanggal di mana burung mencari pasangan untuk kawin. Kepercayaan ini ditulis pada karya sang sastrawan Inggris pertengahan ternama Geoffrey Chaucer pada abad ke-14. Ia menulis di cerita 'Parlement of Foules' dengan kutipan :

"For this was sent on Saint Valentyne's day"

"When every foul cometh there to choose his mate "

Cukup romantis, ya?

Lalu dari Eropa, perayaan Valentine ini mulai menyebar ke Amerika dan sampai ke Asia, termasuk Indonesia.

Sebenarnya aku tidak terlalu mempermasalahkan etika perayaan Valentine, tapi lebih ke mengenai bagaimana perayaan itu dirayakan.
Menurutku, di Indonesia ini, Valentine dirayakan secara kapitalisme.

Kenapa aku bilang begitu?

Mari lihat kembali poin di awal, apa yang paling mencolok dari Valentine di Indonesia ini? Yup, sale & pembelian coklat, mawar, boneka, etc.

Setiap kata Valentine terlintas, aku yakin yang langsung terbayang di benak kalian adalah sekotak coklat mahal dengan pita pink atau boneka teddy besar, atau mungkin 100 mawar merah asli dan dinner romantis.

Kasarnya, hal-hal yang membutuhkan dana.

Oh, juga suatu kekhawatiran seperti :

1. "Aku dapat coklat dari si dia gak, ya?"
2. "Duh, gimana kalau coklatku kurang banyak dari dia? Kan gengsi, secara aku lebih populer."
3. "Aku dapat berapa coklat, ya?"

See? Yang kalian khawatirkan hanyalah hal-hal fana! Lebih kepada tren, bukannya menganggap Valentine sebagai tradisi atau perayaan sakral yang berlangsung berabad-abad!

Mari kita lihat ke negara barat. Mereka memang membeli coklat. Tapi poin utama mereka pada Valentine bukanlah itu, bukan juga mengenai berapa banyak coklat yang akan mereka terima, melainkan kartu.
Iya, kartu. Mereka lebih pada bertukar kartu Valentine bergambar cupid. Bahkan dari yang kudengar, gereja di sana juga melakukannya. Bagi mereka, kartu ucapan itu lebih terkesan menyayangi, mengasihi, dan perhatian. Bukannya coklat, boneka, atau mawar sebagai tetek bengek utama. Dan poinnya, mereka tidak mempermasalahkan seberapa banyak kartu yang mereka terima.

Dan aku rasa Valentine ini adalah kesempatan bagi kaum-kaum oportunis untuk melariskan produk mereka, contohnya seperti yang kukatakan tadi; coklat dan sale.

Maksudku, memangnya kita harus beli coklat untuk Valentine? Memangnya kita tidak dapat memberikan mawar atau boneka selain hari Valentine? Kenapa para pasangan harus menunggu saat-saat romantis pada harj Valentine? Seakan-akan hal-hal itu tidak dapat dilakukan kecuali saat Valentine.

Ayolah, memangnya dalam mengucapkan atau mengekspresikan kasih sayang hanya harus saat Valentine? Memangnya gak boleh kasih coklat di luar hari Valentine? Kenapa harus saat Valentine saja?
Mungkin ini sama persoalannya dengan makan opor saat lebaran, atau makan kalkun saat natal. Itu sudah tradisi.

Tapi aku tidak melihat orang-orang sekarang (di Indonesia yang kumaksud di sini), lebih memperlakukan sebagai tren ketimbang tradisi seperti yang sudah kukatakan di atas tadi.

Sebagai salah satu contoh, mari kita bandingkan perayaan Valentine antara Indonesia dengan Inggris.

Di Inggris, orang-orangnya memiliki tradisi untuk meletakkan daun semanggi berdaun empat di sudut bantal sebagai lambang keberuntungan dan makan telur galam.
Di Jerman, mereka melakukan tarian-tarian serta pembacaan puisi.

Lah Indonesia? Beli coklat? Candle-light dinner bareng pasangan?

Maaf saja, tapi bagiku itu dangkal banget.
Kenapa kita harus ikut-ikutan melakukan hal itu? Kenapa kita ikut membeli coklat? Untuk mengekspresikan kasih sayang? Well, apa kalian yakin itu tujuannya? Hanya diri kalian sendirilah yang tahu apa tujuan kalian melakukan itu.

-:-:-

Poin penting yang ingin kutekankan di sini adalah, jangan mengikuti tren. Lakukan hal yang menurut kalian penting dan perlu, dari lubuk hati kalian. Jangan karena ini Valentine jadi kalian kayak "Wah, ini kan Valentine, aku mau beli coklat ah."

C'mon, itu dangkal banget.

Dan kalian juga tidak perlu menghabiskan dana hanya untuk membeli coklat mahal dan besar hanya untuk menunjukkan kasih sayang kalian. Lebih baik kalian membuat coklat kalian sendiri jika memang ingin memberi atau bertukar coklat. Jauh lebih hemat, kan? Dan juga aku yakin mereka yang mendapat coklat akan lebih tersentuh dan menghargai (walaupun mungkin coklat yang kau buat akan membuat mereka sakit perut, tapi tak apa selama ada cinta di dalamnya ;))

Itu saja yang mau kushare hari ini. 

Maaf kalau ada yang merasa tersinggung. Dan aku tahu gak semua orang Indonesia seperti ini, aku hanya memberikan pendapatmu yang didasari dari melihat orang yang ada di sekitarku. Menurut kalian sendiri Valentine itu apa? Ayo bertukar pikiran yuk ^__^

Love you all,
XOXO
1 komentar on "Mary's Though : Valentine, Is That Worth to Celebrate?"
  1. Jadi intinya kamu khawatir sama valentine tahun ini nak? Duh... hmmm



    www.crhistinauntari.com

    BalasHapus

EMOTICON
Klik the button below to show emoticons and the its code
Hide Emoticon
Show Emoticon
:D
 
:)
 
:h
 
:a
 
:e
 
:f
 
:p
 
:v
 
:i
 
:j
 
:k
 
:(
 
:c
 
:n
 
:z
 
:g
 
:q
 
:r
 
:s
:t
 
:o
 
:x
 
:w
 
:m
 
:y
 
:b
 
:1
 
:2
 
:3
 
:4
 
:5
:6
 
:7
 
:8
 
:9